Andre VW, Konstelasi Politik, Mengupas Nomenklatur Tiga Kementerian

Ilustrasi
DETEKSI.co - Medan, Hasil analisis Andre Vincent Wenas, Direktur Kajian Ekonomi, Kebijakan Publik & SDA Lembaga Kajian Anak Bangsa (LKAB) lewat rielisenya pada 27 April 2021, mengupas perubahan nomenklatur Kemenristek dan Kemendikbud serta Kementerian Investasi yang telah di setujui oleh DPR RI.

Lebih jelasnya Andre mengungkapkan " Lalu sempat ada “keramaian” berturut-turut soal jajaran direksi dan komisaris di BUMN. Bahkan beritanya heboh sampai Prabowo ngamuk.

Aroma reshuffle kabinet makin tercium jelas. Kapan dan siapa jadi isu utamanya. Perbincangan publik soal itu pun ramai, dan tentu saja tak kalah ramai adalah lobi-lobi politik di kamar terang maupun di ruang gelap.

Ya tak salah lagi tambahnya, semua aktor dan kekuatan politik sudah bergerak menyiapkan kuda-kudanya masing-masing, untuk menyongsong Pemilu 2024 yang “cuma” tinggal 3 tahun lagi.

Jangan lupa juga bahwa pra Pemilu 2024 ada event politik besar di tahun 2022 karena antara tahun 2022-2023 adalah tahun dimana sekitar 200-an kepala daerah akan habis masa tugasnya dan bakal digantikan oleh para Pelaksana Tugas (Plt) atau Pejabat (Pj) yang ditunjuk langsung oleh Presiden via Kemendagri. Tegasnya.

Konstelasi politik Indonesia akan tetap dinamis dan cenderung panas. Tentang siapa pengganti Presiden Joko Widodo menjadi tema sentral. Plus isu derivatifnya, siapa menteri yang diganti? diganti oleh siapa? Siapa dirjen baru? Siapa Direktur dan Komisaris yang baru di BUMN yang strategis? Dan seterusnya. Itu semua jadi “rebutan” para aktor politik.

Kita semua maklum bahwa kontestasi Pilpres, Pileg maupun Pilkada tentu membutuhkan Pil Kuat (amunisi finansial) yang tidak kecil dosisnya. Itu penting bagi semua aktor politik yang mengincer kursi-kursi jabatan. Kursi jabatan itu berarti pemegang mandat kekuasaan. Pertanyaan inilah yang mesti jadi titik acuan semua konstituen (pemilih) di seluruh Indonesia.

Ingatlah, setiap kita sebagai pemilih saat memasuki bilik suara adalah pemegang mandat kekuasaan itu. Saat memasuki bilik suara kekuasaan itu masih ada di tangan kita masing-masing. Namun begitu kita keluar dari bilik suara, kekuasaan itu sudah berpindah ke tangan mereka yang menang dalam penghitungan suara.

Andre juga menambahkan, Ada dua arus besar. Pertama, mereka yang berkontestasi dalam pemilu dengan orientasi kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Kedua, mereka yang ikut kontestasi lantaran memang murni demi tujuan memperbaiki sistem politik, artinya demi kesejahteraan rakyat banyak. Kontestan altruis. Reformis sejati.

Kontestan egois akan senantiasa berisik dengan mengklaim dirinya sebagai praktisi politik yang paling berpengalaman dan paling realistis, begitu klaimnya. Sekaligus mereka menuduh kontestan altruis sebagai politikus idealis, masih hijau dan naif. Voters (pemilih) bisa mulai membaca perilaku politik dari para aktor politik seperti itu dari sejak sekarang. Lihat dan perhatikan rekam jejak mereka.

Mana yang selama ini sungguh-sungguh memperjuangkan kepentingan rakyat? Contoh paling nyata adalah soal transparansi anggaran misalnya.

Mana politisi dan parpol yang telah diberi kepercayaan oleh rakyat dan secara konsisten mau memperjuangkan transparansi anggaran? Biasanya ia yang jadi bulan-bulanan politisi serta parpol gaek pewaris nilai-nilai orba.

Kemudian Pemda mana yang telah menayangkan rincian anggaran (APBD)nya di laman resmi pemda sampai detail harga satuan? Itu bukti paling sederhana dan sangat praktis.

Kalau Pemda di tempat Anda belum menyajikan secara transparan pengelolaan APBD-nya secara detil (sampai satuan ketiga) di laman resminya, maka tagih terus. Sambil amati reaksi serta perilaku politik mereka. Apakah ada itikad baik, atau hanya berdalih menunda-nunda dengan motif yang licik?

Seperti kata Bertolt Brecht, buta terburuk adalah buta-politik. Dimana akibat ketidakpeduliannya pada politik yang terjadi adalah orang-orang jahat yang bakal terus berkuasa secara semena-mena. (Net)

Lebih baru Lebih lama